ri lepuspa castle: December 2007

lepuspa castle

Friday, December 21, 2007

Idul Adha Desember 2007

Tidak terasa sudah sampai ke Idul Adha lagi. Seperti tahun sebelumnya, saya dan keluarga mengawali hari tersebut (tgl 10 Djulhijjah) dengan melakukan sholat Ied di Mesjid Al-Hidayah yang terletak di belakang rumah orangtua saya. Setelah itu dilanjutkan dengan memotong sapi di halaman mesjid tersebut. Tidak ada yang istimewa memang, tapi tetap selalu terasa menyenangkan karena sekalian berkumpul dengan adik dan kakak beserta keluarganya. Yang teringat adalah kenangan tahun lalu ketika saya beserta suami dan anak-anak sedang dalam perjalanan ke mesjid untuk sholat ied. Ada percakapan lugu dan lucu antara kedua anakku. Bahkan saya sempat mem-posting percakapan tersebut di blog saya sebelumnya (blog yang sempat bermasalah sehingga saya kemudian membuat blog baru, yaitu blog ini). Saya akan menyitir bagian percakapan kedua anak saya tersebut dari postingan tahun lalu itu.

Ivan: Nanti abis sholat di mesjid kita ngapain?

Sasha: Kita potong sapi sama kambing buat kurban.

Ivan: Dimana?

Sasha: Di mesjid.

(Kemudian kami melewati salah satu mesjid dan tampak beberapa ekor sapi dan kambing diikat di halaman mesjid tersebut.)

Ivan: Itu sapi dan kambing yang mau dipotong juga?

Sasha: Iya.

Ivan: Kasian ya, pasti pada ketakutan sapi dan kambingnya.

Sasha: Ah enggak.

Ivan: Kan sebentar lagi mau dipotong. Kan sakit dipotong itu, terus mati deh sapi sama kambingnya.

Sasha: Eh, bukan begitu. Sapi dan kambing itu malah seneng. Soalnya mereka kan dipotong untuk kurban. Mereka dapat pahala, terus masuk surga deh…

He…he…he… Lucu ya… Kemarin bukan tidak ada percakapan seperti itu. Ada juga, terjadinya sehari sebelum Idul Adha. Ini percakapannya:

(Ketika kami melewati kambing-kambing di pinggir jalan yang dijual untuk kurban.)

Ivan: Seneng ga kambing itu?

Sasha: Kambing yang mana?

Ivan: Semua kambing-kambing itu tuh… (sambil menunjuk kambing-kambing di pinggir jalan itu)

Sasha: Ya seneng dong.

Ivan: Kenapa seneng? Padahal kan mereka sebentar lagi mati, dipotong buat kurban.

Sasha: Seneng dong, kan habis dipotong, dagingnya dikasihin ke orang-orang miskin, berarti mereka berbuat baik kasih kesempatan orang miskin makan daging. Berbuat baik kan dapet pahala.

Ivan: Orang miskinnya jadi seneng ya kalo bisa makan daging?

Sasha: Iya, soalnya mereka kan nggak punya uang buat beli daging sendiri. Daging itu kan mahal harganya.

Ivan: Kenapa daging itu mahal harganya?

Sasha: Kan melihara kambing itu lama trus perlu makannya banyak, jadi mahal harga dagingnya.

Ivan: Coba harga daging murah, jadi orang miskin bisa sering makan daging. Kasian kan kalo seperti sekarang, nggak pernah makan daging kecuali kalo kurban…

Tapi begitulah kehidupan ini anakku. Semoga karunia, berkah, rahmat, dan rizki selalu mengalir dari Allah kepada kalian… Amin…

Selamat Hari Raya Idul Adha bagi yang merayakan...

Thursday, December 13, 2007

The 7 AHA!s of Highly Enlightened Souls

Ini adalah judul sebuah buku pencerahan yang sangat bagus yang baru saja saya baca. Sebetulnya sudah cukup lama saya memiliki (dus membeli) buku ini yaitu pada saat TDA Bandung mengadakan Nobar The Secret sekitar 6 bulan yang lalu (thanks to Pak Yusef Hilmi yang sudah “sedikit memaksa” saya untuk membelinya…). Postingan ini merupakan ‘permintaan khusus’ dari suami tercinta dan Pak Yusef. Buku tersebut sempat saya baca beberapa saat setelah Nobar tersebut tapi hanya sebatas kata pengantarnya saja. Entah mungkin karena AHA!s tersebut belum menyentuh hati terdalam saya sehingga saya tinggalkan buku itu untuk beberapa lama tanpa dilanjutkan membacanya. Beberapa waktu yang lalu saya lihat suami sedang membaca buku tersebut dan dia memberi komentar yang membuat saya penasaran untuk membaca kembali buku tersebut. Menurutnya si Pengarang buku itu (Mike George) sangat cerdas karena mampu menuangkan ide-ide pencerahan dengan bahasanya yang sederhana tapi sangat menggugah kesadaran kita. Suami mengaku beberapa bagian sampai dibaca beberapa kali karena suka membacanya.

Akhirnya saya baca kembali buku tersebut, dan betul apa yang dikatakan suami. Walaupun buku yang saya baca ini adalah terjemahan, namun dapat cepat dimengerti bahasanya. Bahasanya yang sederhana dan tidak terlalu bertele-tele (jumlah halaman dari buku tersebut hanya 146 saja) membuat kita tidak bosan membacanya, bahkan beberapa bagian sempat saya baca dua sampai tiga kali terutama bila saya harus memotong bacaan karena sesuatu hal, bagian yang saya tinggalkan itu saya ulangi membacanya. Bukan bermaksud untuk memaksa teman-teman blogger untuk menerima berbagai ide-ide Mike George yang menurut saya oke banget itu, tapi saya merasa kurang afdol kalau tidak memperkenalkan ide-ide tersebut kepada teman-teman sekalian. Saya pikir semakin banyak orang yang tahu (dan kemudian memahami) ide-ide tersebut akan semakin baik untuk si pembaca sendiri maupun orang lain dan kehidupan kita umumnya. Ide-ide ini dapat dijadikan salah satu ‘pegangan’ kita untuk menjalani kehidupan kita ini, agar menjadi lebih baik menjadi kehidupan seperti yang kita inginkan (cie…filsafat banget kesannya ya…he..he.. tapi emang gitu kok, menurut persepsi saya mengenai ide-ide di buku tersebut).

Mike George memulai tulisannya dengan memperkenalkan apa sih ide utama atau benang merah dari tulisannya tersebut. Tidak lain adalah tanggung jawab pribadi. Tiada satupun atau apapun di dunia ini yang bertanggung jawab atas diri seorang manusia, atas pengalaman hidup seorang manusia, dan nasib seorang manusia kecuali manusia itu sendiri. Kebanyakan manusia sering menganggap segala sesuatu yang terjadi di kehidupannya ini disebabkan oleh pihak lain selain dirinya, apakah itu orang lain, kondisi, situasi, dsb. Dengan kata lain menyalahkan orang lain, kondisi, situasi, dan sebagainya itu daripada menganggap hal tersebut disebabkan oleh dirinya sendiri, dirinyalah yans bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi tersebut. Kebanyakan manusia ingin merubah orang lain sesuai keinginannya, tidak mau menerima dan pasrah atas apa yang terjadi atau atas kondisi dan situasi yang mengelilinginya. Stresslah kemudian yang didapat oleh kebanyakan manusia, dan stress itu yang akan memperburuk keadaan dirinya, apakah itu pekerjaan, kesehatan, hubungan dengan orang lain, dsb. Di awal tulisannya ini, Mike George juga menjelaskan apa yang disebutnya sebagai AHA! Moment. AHA! Moment adalah momen munculnya pengetahuan mendalam tentang masalah yang telah anda usahakan untuk dipecahkan ataupun sekilas petunjuk mengenai situasi sulit yang anda hadapi.

Tulisan Mike George mengalir menuju bagian pertama buku tersebut yaitu Ilusi dan mitos, 7 mitos umum tentang stress. (1) Stress memiliki peran positif alamiah dalam kehidupan nyata (No, way! yang namanya stress sama sekali tidak berguna dalam kehidupan kita), (2) Anda harus menjadi dokter untuk mengenali dan mengobati stress (ngga perlu!Dokter itu hanya mengobati gejala fisik bukan penyebabnya, Cuma anda yang tahu pikiran dan perasaan menyebab stress anda dan hanya anda yang dapat mengubah pikiran, emosi, dan perasaan anda), (3) Stres dibutuhkan untuk mencapai puncak prestasi (Ya ngga lah… Kalau itu stress dijadikan salah satu pendorong untuk sukses kita akan kehabisan tenaga dan akhirnya dapat menimbulkan penyakit fisik), (4) Stress adalah gejala fisik, sedikit istirahat dan relaksasi akan menghilangkannya (Betul istirahat dan relaksasi bisa meredakan stress, tapi hanya untuk sementara, dia tidak hilang dari kita; jika pikiran dan perasaan kita tidak berubah maka stress itu akan menguat kembali dalam diri kita), (5) Mengubah diet, sedikit jogging, dan liburan yang indah akan menghilangkan stress (jawabannya sama seperti untuk no 4), (6) Anda harus bekerja 14 jam setiap hari dan secara terus-menerus berada di bawah tekanan untuk mengalami stress (Tidak selalu… Bisa saja yang bekerja hanya beberapa jam setiap harinya dan tidak terus-menerus berada di bawah tekanan merasa lebih stress, semua itu tergantung dari cara pandang anda), (7) Orang lain, situasi dan peristiwa bertanggung jawab terhadap stress anda (Bukan mereka… Tapi diri anda sendiri yang bertanggung jawab, anda sendiri yang menentukan segala sesuatu itu menyakiti diri anda atau tidak, segalanya tergantung pada anda sendiri).

Berlanjut ke bagian kedua, Mike George memberikan Kearifan dan Kebenaran, 7 Wawasan Utama Menuju Diri Anda. (1) Jati diri anda: anda bukanlah seperti yang anda pikirkan tentang diri anda (Anda bukanlah tubuh anda yang sering anda lihat dicermin, tubuh hanyalah ibaratnya kendaraan anda, anda adalah sang jiwa, sang ruh, kalau sesuatu terjadi dengan tubuh anda misalnya terpotong, tenggelam, terbakar, itu bukan terjadi pada anda. Jika tubuh bisa mati, tidak dengan anda sebagai sang jiwa, sang ruh), (2) Sifat alamiah anda (anda luar biasa rupawan, tapi anda tidak akan dapat melihatnya melalui cermin anda; anda jauh lebih indah daripada yang anda tahu dan anda lihat selama ini), (3) Tanggung jawab anda: nasib anda tidak pernah lepas dari tangan anda (Jika anda beranggapan orang lain menyakiti anda, menyalahkan orang lain/orang lain bertanggung jawab atas anda, sebenarnya adalah andalah yang menentukan hal itu menyakiti anda, andalah yang bertanggung jawab atas sakit tersebut; padahal anda bisa memilih untuk tidak sakit atas hal tersebut), (4) Keyakinan anda: lupakan keyakinan buta, yakni yang membuat kehidupan menjadi pengalaman yang penuh dengan stress dan tidak membahagiakan (banyak keyakinan kita yang ternyata menghalangi kita untuk mencapai kehidupan yang kita inginkan, dimulai dari keyakinan paling umum yaitu kalimat “saya tidak bisa”, kemudian juga ketika anda menghakimi atau melekatkan sebuah label pada seseorang (mungkin pada saat kita ‘bergosip’), tidak percaya kepada orang lain, dsb.), (5) Mengendalikan diri (kendalikanlah diri/kehidupan anda, bukan orang lain/kehidupan orang lain, karena itu sia-sia saja, satu hal yang pasti kita tidak dapat mengendalikan orang lain), (6) Paradoks kehidupan (sebenarnya anda sudah sempurna, anda telah memiliki segala yang anda butuhkan, dan anda telah sepenuhnya bebas, hanya saja anda tidak mengetahuinya; belajarlah untuk tidak terikat dengan segala hal apakah itu orang atau benda di sekitar kita, pikiran kita, dsb; karena dengan melepaskan semua keterikatan itu maka hidup kita akan nyaman, tenang, dan damai; anggaplah semua yang datang kepada kita (suami, anak, orang tua, orang-orang terdekat kita, harta, prestasi, pekerjaan, jabatan, dsb) adalah hanya titipan (tentunya dari Allah SWT) semata, sehingga kalau kemudian diambil lagi dari kita, kita tidak akan merasa sakit karenanya), (7) Hubungan anda: kita semua adalah sumber cinta, kebenaran, kedamaian, dan kebahagiaan di dunia; inilah yang membuat kita kaya secara alamiah (Kehidupan adalah hubungan baik dengan manusia, alam, benda, dan tentu saja Tuhan. Yang terjadi dalam hubungan adalah member dan menerima atau pertukaran. Hubungan itu baik jika pertukaran yang terjadi juga dalam kebaikan. Selama ini kita tidak diajarkan untuk member dan menerima, melainkan mengambil dan menyimpan. Yang terjadi bukanlah hubungan yang baik, melainkan penuh konflik. Karena itu pertama-tama, belajarlah untuk memberi. Dengan memberi ini kita akan mendapatkan keduanya (memberi dan menerima); karena orang yang memberi akan merasakan apa yang dia berikan itu (jika dia memberi cinta maka dia akan merasakan cinta, dsb), dan tidak hanya itu apa yang dia berikan itu akan diterimanya kembali dalam kadar yang lebih besar).

Selanjutnya di bagian ketiga Mike George berbagai 7 AHA! Yang dia miliki: Aksi dan Transformasi, 7 AHA dari jiwa-jiwa yang tercerahkan. (1) Diam: kekuatan terbesar adalah kekuatan keheningan, dan hening adalah diri yang utama (Cobalah berada dalam keheningan/berdiam diri karena dalam keheningan akan hadir pikiran yang tenang yang membuat kita santai, lebih mudah berkonsentrasi, dan lebih bebas mencipta. Mulailah dengan berbicara lebih sedikit, lebih lembut, dan lebih perlahan dengan siapa saja termasuk dengan pikiran kita sendiri. Kita akan merasa lebih tenang, lebih berenergi, lebih meningkat dalam kualitas dan kuantitas ide, lebih tajam dan mudah dalam menyerap dan menentukan sesuatu), (2) Lepaskan: seluruh penderitaan dan kesusahan memiliki penyebab yang serupa yakni keterikatan (Karena itu jangan terikat pada apapun juga. Lepaskan keterikatan anda dengan segala hal di dunia ini apakah keterikatan batiniah – keyakinan-keyakinan kita, ide-ide kita, kenangan-kenangan kita – maupun keterikatan lahiriah – manusia, harta, benda, jabatan, hak-hak istimewa. Ingat semua itu hanyalah titipan, yang sekali waktu bisa diambi lagi oleh yang punya), (3) Biarkan: campur tangan adalah sia-sia, ia hanya menghasilkan kegagalan (Jangan mencampuri kehidupan orang lain, jangan memaksa orang lain untuk mengikuti apa mau kita, jangan berusaha membuat orang lain berubah; tapi mari secara sadar kita ciptakan kehidupan kita sendiri, kehidupan kita sesuai dengan apa yang kita inginkan, hanya kehidupan kita saja, tidak untuk kehidupan orang lain. Anda bisa saja turut campur dalam kehidupan orang lain jika anda diundang oleh yang bersangkutan, tapi tetap harus berhati-hati agar tidak mengidentifikasi diri anda dengan kehidupan mereka, harus ada sedikit jarak antara anda dengan kehidupan mereka), (4) Dengarkan (dengarkanlah suara batin anda, nurani anda karena dia sebenarnya adalah wadah kebenaran dan kearifan yang terletak pada pusat hati anda. Melalui penciptaan keheningan di dalam pikiran anda, suara batin anda akan anda temukan. Tanyakanlah padanya pertanyaan yang penting atau keputusan yang sulit. Namun jangan menuntut jawaban, jangan pernah berjuang atau bergulat untuk mendapatkan jawaban karena pada saatnya yang tepat jawaban tersebut akan muncul dalam pikiran anda. Itulah AHA! Anda), (5) Terimalah segala sesuatunya: jangan menolak apapun karena hal tersebut hanya memperkuat apa yang anda tolak dan memperpanjang pergulatan (Betapa banyak energi yang akan terbuang untuk hal tersebut, jadi belajarlah untuk menerima segala yang datang menuju kita. Penerimaan adalahlangkah awal pertama untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan pikiran atau emosi kita yang tidak kita inginkan), (6) Mengenal diri: anda tidak dapat memulai hidup “secara nyata” hingga anda mengenao siapa dan apa anda (bukan nama yang selama ini anda pakai, bukan jabatan anda, bukan harta anda, bukan pekerjaan anda; semua itu hanyalah label yang merupakan bahasa dunia paling umum. Mengenal diri adalah menjadi sadar akan identitas sejati (ruh), sifat sejati (damai), dan tujuan sejati (mencipta, menerima, dan memberi), (7) Teruskan: segala sesuatu datang untuk diteruskan, untuk digunakan, bukan untuk dimiliki, dan meneruskan berarti memperbesar nilai apa yang diteruskan dan sang penerusnya (Ini adalah prinsip mengalir seperti sungai, karena kehidupan kita diibaratkan seperti sungai. Sebuah sungai membuat jalannya sendiri menuju hilir dengan membawa sesuatu dan menjadi tempat tinggal bagi makhluk-makhluk tertentu dengan tujuan tertingginya adalah merawat dan memelihara setiap makhluk hidup yang ia sentuh dalam perjalanannya menuju samudera. Jadilah seperti sungai itu, peliharalah dan rawatlah siapapun yang bersentuhan dengan kita melalui hubungan yang baik dengan mereka. Di sanalah kesempatan kita untuk melayani, member, dan meneruskan apa yang kita pegang dalam tangan pikiran dan hati kita. Berikanlah apa yang bisa kita beri, sehingga kita berguna bagi mereka. Seperti sungai).

Mike George mengakhiri tulisannya dengan menyatakan bahwa pencerahan dan transformasi tidak terjadi dengan sangat segera karena kebanyakan dari kita masih memiliki ‘’beberapa saluran” yang terbuka. Saluran apa? Saluran energi, yang seharusnya tertutup agar energi kita tidak habis sehingga pencerahan dan transformasi bisa segera terjadi. Apakah saluran itu? Mereka adalah rasa takut, amarah, dan depresi (kesedihan). Jadi hilangkanlah rasa takut anda, musnahkanlah amarah anda, dan lepaskanlah seluruh kesedihan anda agar pencerahan dan transformasi menghampiri anda. Mulailah dengan latihan penarikan diri, misalnya pada saat anda menonton film, usahakan anda tidak ‘masuk’ ke dalam cerita dalam film tersebut. Berlatihlah menjadi pengamat saja, karena sebenarnya anda tahu semua itu hanya ‘buatan’ belaka. Sehingga anda terbiasa memandang segala hal dalam kehidupan anda sebagai pengamat saja, tidak ‘masuk’ ke dalamnya. Selain itu berlatih meditasi juga bisa menjadi permulaan yang baik untuk menutup saluran-saluran di atas.

Masih penasaran atau masih belum paham? Silakan baca langsung bukunya dijamin tidak rugi. Kalau masih juga belum paham, baca kembali buku tersebut. Masih juga belum paham, baca lagi… dan begitu seterusnya sampai teman-teman paham akan isi buku tersebut. Mike George sendiri mengakui tidak terlalu mudah menerima ide-idenya tersebut hanya dalam satu kali baca saja, mungkin harus beberapa kali baca atau berpuluh kali baca, setiap orang tentu berbeda untuk itu. Selamat membaca…!

Wednesday, December 12, 2007

Cabut Dari BSM & Counter di BIP

Awal bulan Desember ini ada satu hal yang terpaksa saya lakukan yaitu tidak ikutan sharing counter lagi di BSM. Ini dilakukan setelah mengevaluasi penjualan selama 4 bulan ini (kontrak pertama dengan BSM memang hanya 4 bulan saja, tapi beberapa teman sharing ada yang memperpanjang kontraknya). Ada yang bilang evaluasi dilakukan terlalu dini, seharusnya paling tidak dilakukan minimal setelah 6 bulan berjalan. Tapi ada hal lain yang menjadi pertimbangan yaitu jarak yang terlalu jauh dari rumah sehingga ‘inspeksi’ ke BSM jarang bisa dilakukan. Tidak hanya saya yang memutuskan untuk keluar dari BSM, tetapi beberapa teman sharing juga melakukan hal yang sama. Agak sedih juga ketika saya ke BSM untuk mengambil barang-barang. Bagaimanapun saya sudah merasakan selama 4 bulan menjadi tenant di sana (walau hanya sharing). Apalagi ketika berpamitan kepada SPGnya, rasanya terenyuh juga. Tapi keputusan sudah diambil dan mudah-mudahan itu yang terbaik. Mudah-mudahan pula bisa segera mendapatkan tempat baru sebagai pengganti counter di BSM, jika memungkinkan bahkan memiliki counter sendiri tidak sharing dengan teman. Hmm… itu sih memang mimpi saya sekarang ini … ingin memiliki counter sendiri (saya sedang membuat tulisan tentang mimpi saya ini yang inginnya sih bisa diikutkan pada lomba menulis yang diadakan oleh TDA dalam rangka Milad ke 2 nya; tapi sampai sekarang belum selesai juga tuh, padahal deadlinenya tanggal 15 desember… wah… mudah-mudahan terkejar…)… Mudah-mudahan segera terwujud… Amin.

Masih ada satu counter sharing lagi yaitu di BIP. Lokasinya di lt.1 pas di depan Matahari. Lebih mudah ditemukan kalau masuk dari jalan belakang (dari Jl. Sumatera). Untuk counter di BIP ini masih akan dipertahankan karena selain lokasinya cukup bagus (penjualan juga lumayan bagus) dan jarak dari rumah tidak terlalu jauh jadi bisa lebih sering ‘inspeksi’. Namun begitu, untuk counter BIP ini, saya ingin melakukan perubahan. Saya ingin merambah ke baju muslimah dewasa (sekarang ini produk yang dijual di BIP adalah baju muslim anak, aksesoris wanita, tas, dan aromaterapi), tapi berarti harus ada pengurangan untuk item yang sudah ada karena keterbatasan space (beginilah kalau sharing, tidak bisa seenaknya menempatkan barang kita walaupun di tempat lain masih ada yang kosong misalnya). Saya sedang memikirkan kemungkinan ditariknya seluruh produk aromaterapi dan sebagian aksesoris wanita. Tapi itu masih dalam pertimbangan, belum final.

Kemudian juga saya sedang menjajaki untuk gabung di tempat Bu Eka (MTC=Metro Trade Center). Walaupun jaraknya sejauh BSM, tapi tanggungjawab saya di sana tidak terlalu besar, karena saya hanya supply barang (kebetulan yang diminta adalah tas dan baju anak) dengan uang sewa yang cukup murah. Urusan SPG dan lain-lainnya dipegang Bu Eka. Mudah-mudahan cocok deh…

Tuesday, December 11, 2007

Kehilangan SPG

Minggu lalu sekitar pertengahan minggu, saya mendapat kabar melalui telpon dari kawan sharing saya di BIP (sejak bulan ramadhan kemarin, saya bersama beberapa teman buka outlet di BIP/Bandung Indah Plaza; sorry ngga sempet diposting ceritanya, soalnya ‘Sang Malas’ menulis sedang mendekam terus waktu itu), bahwa SPG kami akan mengundurkan diri alias tidak bekerja menjadi SPG kami lagi. Sebetulnya itu hal biasa kalau kita punya outlet, tapi menjadi tidak biasa jika pengunduran dirinya mendadak karena si SPG ingin langsung berhenti keesokan harinya. Tentu saja saya menjadi agak panik dengan pengunduran diri tersebut. Saya coba membujuk SPG tersebut untuk tidak langsung berhenti bekerja karena kan kita perlu waktu untuk mencari penggantinya lagi, namun ternyata keesokan harinya SPG tersebut sakit (flu disertai demam), sehingga tidak bisa masuk kerja. Untungnya kami punya dua orang SPG di BIP tersebut, dan juga untungnya sharing counter dengan beberapa teman, saya jadi tidak terlalu panik karena ada yang membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Selain itu juga, mungkin karena sudah membaca beberapa buku ‘pencerahan’ juga sering berdiskusi dengan suami tentang pandangan kita terhadap kehidupan kita, saya kemudian ‘memutuskan’ untuk tidak panik, tapi tenang dalam menghadapi masalah ini.

Seperti biasa, masalah SPG yang paling pakar di antara kita berlima (kita lima orang yang sharing di BIP) adalah Bu Eka. Jadi begitu kabar tentang pengunduran diri SPG saya terbukti, saya langsung menghubungi beliau dan meminta saran beliau apa yang harus saya lakukan. Untuk sementara, sampai mendapat SPG baru, di BIP hanya ditempatkan satu orang SPG saja. Kemudian Bu Eka juga menjanjikan untuk membantu mencarikan SPG baru, bahkan jika tidak segera mendapat pengganti SPG tersebut beliau menawarkan salah seorang SPG yang menurutnya masih dianggap ‘magang’ untuk menjadi pengganti SPG saya di BIP tersebut. Selain itu juga beliau menyarankan saya untuk menghubungi SPG di BSM (yang di BSM, saya kebetulan tidak memperpanjang sharing alias keluar dari BSM sejak bulan Desember ini karena penjualan di sana kurang bagus, cerita lengkapnya diposting lain waktu ya…. Kalau sempet… he..he.. tetep…), siapa tahu ada teman yang bisa mengganti SPG saya untuk di BIP tersebut.

Alhamdulillah, ternyata saya mendapat pengganti SPG dalam jangka waktu cepat, SPG di BSM memberikan nomor kontak salah seorang temannya yang katanya berminat untuk menjadi SPG. Dan dia bersedia menjadi SPG saya untuk di BIP. Agar pengalaman di atas tidak terulang lagi, pada saat menjelaskan ‘kontrak kerja’ kepada calon SPG baru tersebut, saya meminta jika akan mengundurkan diri maka pengajuan mengundurkan diri tersebut harus dilakukan minimal 2 minggu sebelumnya. Memang pada saat meng-hire SPG terdahulu saya masih belum berpengalaman, jadi persyaratan ‘kontrak kerja’ seperti itu tidak dibicarakan sebelumnya. Mudah-mudahan SPG baru ini baik, jujur, betah, cocok dengan teman sekerja dan kami yang meng-hirenya, dan bisa bertahan lama bekerja pada kami… Amin. Inilah barangkali yang disebut ‘learning by doing’, mendapatkan pengalaman dalam perjalanan bisnis secara langsung.

Saturday, December 08, 2007

Beryoga Pertama Kali

Hari Rabu sore kemarin, saya pertama kali mengikuti kelas yoga yang sudah begitu diinginkan sejak beberapa bulan yang lalu. Cuaca mendung sebetulnya membuat malas untuk keluar rumah. Apalagi suami tercinta baru pulang dari Malang setelah beberapa hari menginap di sana. Tapi kalau tidak dimulai, keinginan beryoga itu akan terus saja menjadi keinginan tanpa bisa terwujud nantinya. Jadilah walaupun berangkat ditemani gerimis, saya menegarkan diri untuk tetap semangat. Yang pasti sih perasaan tertarik tetap ada, ingin tahu beryoga itu seperti apa, dan apakah manfaat yang didengar maupun dibaca itu terasa nantinya. Selain itu berangkat berbarengan dengan anak-anak yang kebetulan harus les kumon, membuat si semangat itu semakin menyala saja di hati ini.

Keinginan beryoga terasa sekitar 2 bulan yang lalu ketika saya merasa perbaikan stamina dan daya tahan tubuh ini terasa lambat. Satu hal yang belum pernah saya coba lagi adalah berolahraga secara rutin. Padahal sebelumnya saya termasuk yang suka sekali berolahraga (khususnya aerobik). Dan ketika berhenti sama sekali berolahraga, saya merasa stamina dan daya tahan tubuh menjadi menurun. Jadi saya putuskan untuk memulai kembali melakukan olahraga rutin. Hanya saja saya tidak ingin kembali menggeluti aerobik yang menurut saya sekarang ini kurang cocok dengan kondisi fisik untuk usia saya yang hampir kepala 4 ini (walah… ternyata sudah tuwir ya…he..he..tp semangat tetap muda kok…). Pikir sana pikir sini, diskusi sana diskusi sini, ada dua olahraga yang dirasa cukup menarik untuk dicoba: yoga atau tai chi. Gerakan keduanya cukup lembut, tidak grasak-grusuk seperti aerobik, tapi konon manfaatnya lebih dari aerobik, katanya sih…

Setelah itu mulailah saya mencari tahu tentang apa, bagaimana, dan dimana bisa dijumpai kelas yoga ataupun tai chi. Karena kebetulan juga ada salah seorang teman di kampus yang tertarik dengan yoga, akhirnya saya fokuskan pada pencarian tempat berlatih yoga yang murah meriah tapi masuk pada sasaran yang diinginkan. Ternyata cukup banyak juga gym atau sanggar senam di Bandung yang menyelenggarakan kelas yoga ini. Ada satu yang cukup terkenal di Bandung (Yoga Leaf, di Jl. Terusan Jakarta) yang dimiliki oleh pakar yoga dari Bandung yang cukup terkenal juga (dia sudah menerbitkan buku tentang yoga lengkap dengan CDnya kalau tidak salah, ingin beli, tapi belum sempet, dulu pernah mau beli, nggak jadi karena belum begitu tertarik yoga). Sayang tempatnya terlalu jauh dari rumah (rumah di Bandung Barat, dia di Bandung Selatan…). Sempat juga menemukan tempat yoga di dekat rumah (On The Green, Jl. Sukimin), tempatnya cukup enak, katanya sih ada ‘native teacher’nya (emang lebih bagus ya, kalo gurunya orang bule…? Tau deh, yang pasti lebih mahal bayarnya…he..he..), sayang biaya yang harus dikeluarkan cukup mahal. Kemudian saya menemukan juga tempat yoga yang cukup dekat dari kantor (Amandamarga Yoga, Jl. Sukaresmi, Dago Atas), tapi waktu surveynya molor terus karena waktu kosong saya dengan teman saya tidak pernah ‘match’. Sempat ‘melirik’ tai chi, saya surf di internet ada tempat latihan yang cukup dekat dari rumah (GOR Padjadjaran), sayang waktunya tidak pas.

Akhirnya, setelah sekian lama ‘terombang-ambing dalam ketidakpastian’, saya paksakan survey sendirian ke tempat yoga di dekat kantor. Kebetulan tempatnya tinggi (Dago Atas), perjalanan dari kantor juga cukup ‘berliku’ (kayak naik-turun bukit walau pakai mobil tentunya). Sampai di sana ternyata tidak ada orang (saya bel 3 kali tidak ada yang buka pintu). Untungnya di pintu ada stiker nama tempat yoga tersebut plus nomor kontaknya. Saya catat nomor tersebut, walaupun sewaktu di mobil pulang menuju rumah, lagi-lagi gagal dihubungi (3 kali menghubungi tidak diangkat). Ternyata menjelang magrib, nomor tersebut balik menghubungi saya. Syukurlah, akhirnya saya diberi kesempatan untuk mengikuti kelas yoga dengan waktu yang cukup sesuai (jam 5 sore, walaupun inginnya sih sekitar jam 3-4 sore supaya selesainya sebelum magrib) dan tempat yang lumayan dekat dari rumah (di gedung PT DI/IPTN, hanya 5 menit saja dari rumah kalau pakai mobil/motor).

Ternyata cukup melelahkan juga mengikuti kelas yoga untuk pertama kali ini, walaupun gerakannya lambat. Tapi dengan pose-pose yang cukup menantang (walaupun dalam tingkatan yoga, tentunya masih sangat mendasar, masih gampang lah katanya…) dan dikombinasi dengan pernafasan perut, lumayan juga agak berkeringat. Tadinya saya khawatir badan tidak cukup kuat dan perut berontak karena seharusnya sudah memasuki waktu untuk makan malam (kelas ini berakhir sekitar jam 6.30 malam, sementara biasanya jam 6.00 sore saya sudah berada di meja makan untuk makan malam). Alhmadulillah, bisa dilalui dengan baik. Bahkan badan terasa lebih segar setelahnya dan yang pasti malamnya tidur cukup nyenyak (biasanya kalau tidur malam bisa 2-4 kali terbangun, ini hanya 1 kali saja, itu juga karena adzan subuh, seharusnya langsung bangun tapi kok masih ngantuk, jadilah nambah tidur satu jam lagi…). Hanya saja sore kesokan harinya badan terasa agak pegal-pegal di beberapa tempat seperti punggung, bahu, pinggang, paha belakang, dan tangan bagian atas. Biasalah, namanya juga baru olahraga lagi setelah sekian lama (sekitar 2 tahun) berhenti. Pegal-pegal itu akan bertahan sekitar 3 harian katanya, sewaktu menulis postingan ini masih terasa sedikit pegal di punggung, bahu, dan pinggang.

Sewaktu latihan, dilatarbelakangi dengan lagu lembut yang diputar dalam volume yang cukup rendah. Sehingga ketika di tengah-tengah kita diberi kesempatan untuk melakukan meditasi (setiap selesai satu gerakan, kemarin ada sekitar 5 gerakan, diberi kesempatan untuk meditasi sekitar 5 menit, begitu juga di awal dan di akhir latihan, yang di akhir lebih panjang seharusnya sekitar 20 menit, tapi kemarin mungkin hanya sekitar 10 menit karena waktunya sudah mepet), lebih mudah bagi kita untuk menenangkan diri dan pikiran kita. Setiap kali melakukan gerakan, sebelumnya pelatih akan memberi contoh sambil menjelaskan manfaat dari gerakan-gerakan tersebut. Di akhir latihan, pelatih berjanji minggu depan akan memberikan fotokopian tentang berbagai gerakan yoga beserta manfaatnya, dan petunjuk agar bisa berlatih sendiri di rumah setiap hari. Katanya sih dianjurkan 2 kali sehari tapi hanya sekitar 15 menit saja setiap kali berlatih (untuk latihan bersama pelatih sekitar 1,5 jam).

Sebetulnya saya ingin bisa berlatih minimal 2 kali dalam satu minggu dengan pelatihnya, tapi karena di PT DI hanya diadakan 1 kali seminggu (hari Rabu saja), jadi saya baru bisa mengikuti sekali seminggu saja. Ya… untuk memulai bukan hal yang jelek kan? Menurut pelatihnya, kalau mau bisa buat kelompok sendiri (terdiri dari 5-10 orang) dengan teman-teman. Ide yang bagus, supaya waktu dan tempatnya bisa disesuaikan dengan keinginan kita. Tapi berarti harus cari teman dulu nih, satu orang sudah ada… masih perlu minimal 3 orang lagi… Ya… mudah-mudahan bisa terlaksana deh… Dan satu lagi, ternyata biaya berlatih di PT DI ini murah meriah lho, hanya 10rb saja perkali datang. Wah, asyik juga nih, sayang Cuma sekali seminggu… Mudah-mudahan bisa terus berlanjut berlatih yoga ini, karena baru sekali latihan saja sudah ada manfaat yang bisa saya rasakan… Yuk berlatih yoga yuk!