ri lepuspa castle: February 2008

lepuspa castle

Sunday, February 17, 2008

Ngumpul-ngumpul TDA Bandung

Setelah sekian lama TDA Bandung vakum dalam melakukan aktivitas bersama, hari Sabtu tanggal 16 Februari kemarin, akhirnya TDA Bandung mengadakan kumpul-kumpul bareng lagi. Ini adalah ketiga kalinya TDA Bandung ngumpul. Seingat saya yang pertama berlangsung pada bulan Maret dan yang kedua (acaranya cukup besar yaitu Nobar The Secret yang dihadiri sekitar 70 orang member TDA) pada bulan Juni tahun lalu.

Seperti yang sudah-sudah, acara kumpul-kumpul TDA Bandung ini diikuti oleh sejumlah orang (kebanyakan masih muda) yang sangat antusias untuk atau dalam mengelola bisnisnya. Lebih dari 25 orang berkumpul di Kampung Priangan, food cort yang berada di lt 2 MTC Bandung. Saya sangat senang dan menghargai antusiasme dari mereka yang hadir terutama karena ternyata beberapa di antaranya masih berstatus mahasiswa.

Sebagai seorang dosen yang memiliki lebih dari 200 orang mahasiswa setiap semesternya, saya sering prihatin dengan sikap banyak mahasiswa yang belum-belum sudah pesimis dengan keberlanjutan hidup mereka setelah lulus kuliah nanti. Tidak jarang saya mencoba memasukkan ‘materi’ di luar konteks mata kuliah yang saya ajarkan, dengan maksud memberikan sedikit perasaan dan pemikiran positif bagi mereka. Inginnya sih blak-blakan mengajak mereka untuk berbisnis, tapi nanti waktu mengajar saya habis untuk menjelaskan hal tersebut dan tujuan perkuliahan saya jadi tidak tercapai dong.

Nah, kumpul-kumpul kemarin itu memang bukanlah acara yang formal sifatnya. Jadi, acara dibuka agak molor dari yang sudah disepakati (jadwal sih jam 1, tapi baru dimulai sekitar satu jam kemudian). Acaranya juga lebih pada bersilaturahmi dan memperkenalkan aktivitas masing-masing. Agak malu juga kepada Pak Isdi dari Majalah WK yang sudah bercape-cape melakukan perjalanan Jakarta-Bandung untuk ikut hadir dalam kumpul-kumpul kemarin, karena beliau datang lebih cepat sementara baru 3 orang TDA Bandung yang hadir: saya, suami, dan Pak Eko. Dari beliau lah kumpul-kumpul kemarin menjadi terasa lebih bermakna karena selain memberikan beberapa buku gratis plus langganan 6 bulan gratis Majalah WK bagi semua member TDA Bandung yang hadir, juga Pak Isdi memberikan tips-tips bagaimana kita mengkomunikasikan bisnis kita. Terima kasih banyak ya Pak Isdi…

Menurut Pak Isdi, mengkomunikasikan bisnis itu sangat perlu. Karena bisnis tidak akan berhasil jika kita tidak mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ya, iya lah, gimana jualan kita bisa laku misalnya, kalau orang-orang nggak tau kita berjualan, ya kan? Dalam berbisnis harus selalu ada perubahan(menuju yang lebih baik tentunya) dan percepatan. Jika itu tidak terjadi pada bisnis kita, maka bisnis kita akan jalan di tempat terus nantinya kalau tidak gulung tikar.

Paling tidak ada dua cara bagaimana kita mengkomunikasikan bisnis kita. Pertama, adalah dengan ‘mengiklankan’ diri kita sendiri dulu yang biasa disebut sebagai personal branding. Caranya beragam dari rajin posting di milis, rajin ikut acara-acara kumpul-kumpul dalam berbagai komunitas, membuat berbagai tulisan yang menarik (nantinya jadi dikenal sebagai penulis, seperti Pak Nano, Pak Ikhwan Sopa, atau suami saya misalnya… he… he… suami dibawa-bawa supaya makin tenar… memperkuat personal branding…), atu berdakwah (nantinya dikenal sebagai ustadz/ustadzah); yang semua itu dilakukan tanpa membawa-bawa bisnis kita dulu. Kalau sudah punya personal branding, maka akan lebih mudah untuk ‘memasarkan’ bisnis kita.

Kedua, dengan mengiklankan bisnis kita. Caranya juga beragam, yang paling umum ya memasang iklan di berbagai media atau di milis-milis. Selain itu juga bisa dengan membuat profil bisnis kita untuk dimuat di majalah-majalah bisnis. Untuk membantu TDA Bandung, Pak Isdi berbaik hati memberi kesempatan untuk member TDA Bandung yang ingin dimuat profilnya di Majalah WK (Terima kasih banyak lagi ya Pak…). Bahkan untuk edisi Maret besok, member TDA Bandung diberi kesempatan untuk beriklan gratis di Majalah WK… Betul-betul beruntung kami dipertemukan dengan Pak Isdi ini…

Untuk membuat sebuah profil, yang pasti haruslah menjawab 5W 1H: who, what, why, where, when, & how dari bisnis kita itu. Selain itu apa yang membedakan bisnis kita dengan bisnis lain sejenis dan segmen pasarnya dipertegas. Mudah-mudahan dengan penjelasan dari Pak Isdi, TDA Bandung jadi semakin berkibar dengan bisnis-bisnisnya ya… Amin.

Pak Isdi juga memberikan pandangan tentang keuntungan jika kita masuk ke komunitas bisnis. Bagi para pemula yang terpenting adalah menjaga semangat entrepreneurnya, karena di awal berbisnis pasti banyak tantangan yang dihadapi yang kalau tidak dibarengi dengan semangat tersebut bisa-bisa kita ‘mengundurkan diri ‘ dari berbisnis. Selain itu, membantu kita untuk membangun jaringan/network.

Betul Pak, kalau masalah membangun jaringan itu memang sudah saya rasakan sendiri. Saya bisa berpartner dengan Bu Yulia, Bu Ines, Pak Afrizal, Pak Roni, Bu Eka sekarang ini berkat ikut TDA. Dan kemarin, saya sudah bertemu lagi dengan seseorang yang langsung merasa ‘klik’ untuk difollow up dalam bekerjasama… Dengan seorang mahasiswi, cantik, masih lajang… mmm…. Ada yang tertarik… ? he..he… kok jadi kayak comblang…. Abis kemarin ada member TDA Bandung yang mengumumkan dirinya masih jomblo pada saat perkenalan (Halo, Kang Agah…) Halo, Ayi… Mudah-mudahan kerjasama kita bisa segera terbentuk dan berjalan dengan baik ya Ayi…. Amin.

Kalau sudah berkumpul, waktu memang terasa cepat berjalan. Tanpa terasa kumpul-kumpul TDA Bandung harus segera diakhiri karena di tempat tersebut akan diselenggarakan acara yang menampilkan sebuah Band. Tidak mungkin kan, suara kita tanpa loud speaker ini bersaing dengan suara Band. Sehingga paling tidak ada dua agenda yang belum sempat terlaksana: menentukan kegiatan selanjutnya dan memberikan nama bagi TDA Bandung ini (agenda terakhir ini sebetulnya tidak diagendakan oleh suami sebagai ‘pembawa acara’ kemarin itu, tapi hanya tambahan saja dari saya pribadi mengingat beberapa email sebelum acara kumpul-kumpul ini berlangsung, mengulas masalah ini). Tapi disepakati, agenda yang belum terlaksana itu akan dilanjutkan melalui email/milis.

Ayo TDA Bandung, terus berlanjut baik kebersamaan maupun keberhasilan kita dalam berbisnis. Apalagi Pak Isdi sudah menjanjikan menjadi sponsor dalam berbagai acara kita… Walaupun member TDA Bandung yang kemarin datang sebagian besar muka baru (yang lama hanya ber 6 saja: saya, suami, Pak Eko, Bu Eka, Pak Hendrata, dan Pak Taufik), saya yakin kita bisa terus melaju dengan potensi Bandung yang sedemikian besar… Salam FUUUNtastic!!!

Monday, February 11, 2008

Uban

Beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang asyik mengeringkan rambut saya menggunakan hair dryer sambil menyenandungkan sebuah lagu, tiba-tiba suami tercinta yang saat itu sedang bersantai-santai tiduran di tempat tidur kami berkomentar,” Ih… Bunda sekarang ubanan…”

Otomatis lagu yang sedang disenandungkan berhenti tiba-tiba, dengan tampang heran saya menjawab,” lha kan memang udah ada uban sejak ini rambut diwarnai dulu itu.”

Saya memang pernah mewarnai rambut sekitar 3 tahun lalu sekali-sekalinya, terus kapok karena setelah diwarnai itu muncul 1-2 uban di rambutku.

“Iya, tapi ini sih udah lebih banyak, kalo dulu kan Cuma 1-2, sekarang udah mulai banyak Bun… Nih di sini ada beberapa… di sini juga beberapa… trus di sini juga” kata suami sambil menyibakkan rambut saya di beberapa tempat.

“O, gitu ya… Berarti kita kompak dong sekarang,” kata saya sambil mengajak tos (hi 5) ke suami yang disambutnya dengan tertawa. Rambut suamiku tercinta itu sudah sejak beberapa tahun lalu ditumbuhi uban yang semakin banyak.

Ngomong-ngomong soal uban, walaupun tidak terlalu cemas akan hal itu (bukankah beruban itu alamiah, karena memang usia semakin banyak bilangannya? Lagipula saya kan berkerudung, orang tidak akan tau saya beruban atau tidak, betul nggak?) namun tetap saja membuat penasaran sebetulnya kenapa bisa sampai beruban (dan sekarang kan banyak orang masih muda sudah beruban, kalo dulu perasaan hanya orang yang sudah tua aja yang beruban…), dan kalo ada cara mencegah agar uban tidak terlalu cepat bertengger di rambut kan boleh juga dicoba dipraktekkan.

Segeralah saya browsing di internet untuk mendapatkan informasi tersebut. Dan inilah hasil yang didapat:
Dari Tabloid Nova Online saya mendapatkan informasi bahwa kemunculan uban ternyata disebabkan oleh banyak hal. Yang paling utama adalah karena faktor genetik atau keturunan. Uban terjadi karena pigmen rambutnya sudah tidak ada lagi. Ada 2 macam pigmen rambut, yakni eomelanin dan feomelanin. Pigmen eomelanin biasanya terdapat pada orang-orang berkulit berwarna, seperti Asia, Arab, India dan sebagainya. Pigmennya berwarna gelap, hitam. Jadi, rambut dan kulitnya pun berwarna gelap. Sedangkan pigmen feomelanin terdapat pada orang-orang kulit putih. Pigmennya berwarna kuning. Tapi, bukan berarti mereka tidak punya pigmen eomelanin. Mereka tetap punya, tapi prosentasinya sedikit. Orang Asia juga punya pigmen feomelanin, meski tidak banyak. Kan tidak semua orang Asia berkulit dan berambut hitam.

Di kepala, banyak sekali akar rambut. Ada sebagian yang memang tidak bisa memperoduksi pigmen. Misalnya pada kasus albinism (albino) dan vitiligo. Albino adalah orang yang tidak mempunyai pigmen dan seluruh kulit dan rambutnya putih, sementara vitiligo hanya sebagian yang putih. Ini faktor genetik dan tidak bisa disembuhkan.

Jika kadar pigmennya kurang, rambut pun akan semakin pirang dan kemudian putih, beruban. Biasanya, uban muncul pada orang tua, karena produksi melaninnya memang sudah mulai berkurang. Metabolisme untuk memproduksi pigmen sudah mulai lambat atau bahkan tidak ada lagi."

Selain faktor genetik, uban juga bisa muncul karena penyakit imunologi anemia pernisiosa, yakni jenis kekurangan darah yang sering menyebabkan rambut beruban. Uban bisa juga muncul karena adanya kelainan metabolisme, misalnya gangguan tiroid atau kurang gizi. Kurang gizi bisa membuat jumlah enzim pembetuk pigmen berkurang,
sehingga penderita cepat beruban. Oleh karena itu, makanan cukup gizi dengan protein yang baik sangat perlu untuk pembentukan enzim pembentuk pigmen, sehingga rambut sehat dan tidak cepat beruban.

Uban juga bisa muncul karena pemakain zat kimia, misalnya cat rambut. Sekarang banyak orang yang melakukan bleaching supaya rambutnya jadi pirang, atau mencat rambut supaya ubannya tidak kelihatan. Tetapi akibatnya, seringkali rambut malah rusak dan uban bertambah. Pemakaian jenis sampo yang banyak mengandung sulfur yang tinggi juga bisa memunculkan uban.

Pada umumnya, uban memang tidak bisa dikembalikan menjadi hitam khususnya orangtua, kecuali pada mereka yang menderita gangguan metabolisme. Secara medis, uban juga tidak bisa diobati. Jika penyebabnya faktor genetik, yang bisa dilakukan hanyalah mencat rambut. Dan sebaiknya jangan mencabut uban, karena justru akan mengurangi jumlah helai rambut. Akibatnya, rambut malah jadi tipis, sementara jumlah uban tetap. Lebih baik cari jalan lain untuk mewarnai ubannya tersebut.

Meskipun begitu dari beberapa situs, saya mendapatkan juga beberapa tips agar masalah ubanan ini bisa teratasi, tapi sepertinya bisa diterapkan terutama bagi yang masih muda dan bukan karena factor genetik.

Dari Forum Anakku saya mendapatkan ‘resep’ sebagai berikut:

  • Larutkan satu sendok teh garam dapur dalam air kelapa hijau segar
  • Setelah keramas, usapkan larutan tersebut pada kulit kepala dan helai rambut secara merata.
  • Pijat kulit kepala dengan lembut, diamkan sekitar 5 menit
  • Bilas rambut sampai bersih
  • Lakukan setidaknya 2X seminggu.

Dari Prospek.biz sepertinya khusus untuk yang defisiensi zat besi atau kurang darah:

  • Hati ayam 2 potong, ragi kue 2 sendok teh dan kecap secukupnya.
  • Hati ayam dipanggang, seperti sate
  • Kemudian campurkan dengan ragi kue sebanyak 2 sendok teh.
  • Bubuhi kecap secukupnya, biarkan sejenak.
  • Setelah seperempat jam kemudian dimakan.
  • Lakukan kebiasaan makan hati ayam ini setiap dua atau tiga hari.

Dari Fupei saya mendapatkan ‘resep’ yang memanfaatkan biji pepaya dan minyak:

  • Sangrai biji pepaya sampai kering.
  • Tumbuk biji pepaya kering itu sampai halus.
  • Campurkan dengan minyak kelapa.
  • Oleskan ramuan biji pepaya dan minyak kelapa yang telah membaur itu pada seluruh rambut dan kulit kepala secara merata.
  • Bungkus rambut dengan handuk.
  • Biarkan selama kurang lebih 2 jam.
  • Bersihkan dan bilas.
  • Ramuan ini akan memcapai hasil yang maksimal bila Anda rutin melakukannya seminggu sekali.

Bagi yang masih muda sudah beruban dan penasaran dengan efektif tidaknya ‘resep –resep’ di atas, silakan dicoba. Tapi saya sih menyarankan untuk berhati-hati mencoba resep yang harus dimakan, karena ini sangat berhubungan dengan diet anda. Saya pribadi sampai saat menulis tulisan ini belum mencoba salah satu reseppun, karena merasa uban bukan masalah buat saya…

Wednesday, February 06, 2008

Pencarian Mimpi

Catatan:
Tulisan ini sebetulnya sudah lama dibuat sekitar pertengahan Desember lalu. Saya buat untuk diikutkan dalam lomba menulis mimpi yang diselenggarakan oleh TDA dalam rangka Miladnya yang ke 2. Sudah diikutkan, tapi sampai sekarang belum jelas apakah diterima atau tidak tulisan ini oleh panitia karena tidak ada kabar/balasan emailnya (saya mengirimkan tulisan ini melalui email). Yang pasti kalau pun diterima, tulisan ini belum mampu menandingi tulisan-tulisan lain yang (setelah saya baca, karena beberapa tulisan tersebut sudah dimuat di Majalah Wirausaha dan Keuangan) memang bagus-bagus dalam isi maupun penyampaiannya. Mudah-mudahan untuk waktu-waktu mendatang saya bisa menandingi tulisan-tulisan lain jika ada kesempatan mengikuti lomba sejenis.. Amin..


Kalau membaca judul di atas, mungkin akan muncul pertanyaan: untuk apa mimpi dicari? Bukankah hampir setiap malam yang namanya mimpi itu selalu mengunjungi kita? Ya, karena yang terpikir oleh kita mimpi itu adalah bayangan-bayangan atau apalah itu namanya yang sering menyambangi kita di malam-malam pada saat kita sedang tidur. Kadang kala yang datang menyambangi itu begitu indah membuat hati kita berbunga-bunga penuh bahagia, tapi mungkin juga menyedihkan menyebabkan perasaan dan kalbu kita berderai-derai air mata, atau bisa jadi menakutkan yang membikin kita merinding dan bangun berkeringat.

Tapi bukan itu yang ingin diceritakan melalui tulisan ini, melainkan mimpi yang ingin diwujudkan, yang masih dikejar, yang masih menjadi angan-angan. Atau kalau bahasa kita waktu sekolah dulu (dan bahasanya Susan, inget nggak Susan boneka lucu yang bisa ‘ngomong’ dan nyanyi di TV bareng Ria Enes itu lho) adalah cita-citaku.

Kenapa kok tiba-tiba ingin bercerita tentang mimpi? Tak lain karena saat ini, menjelang Milad TDA ke II, diadakan lomba membuat tulisan bagi para anggotanya bertemakan mimpi tersebut. Begitu postingan tentang diadakannya lomba menulis itu terbaca, seolah ada sesuatu yang memukul kepalaku dengan keras seakan menyadarkanku dari ‘keasyikan’ku dalam ‘dunia’ku yang kini kusadari belum jelas menuju kemana. Apa sih sebetulnya yang menjadi mimpiku selama ini? Rasanya tidak mudah mencari satu saja yang benar-benar diyakini menjadi mimpiku yang sebenarnya, yang tidak akan berubah-ubah sampai mimpi itu tercapai. Bukan tidak mempunyai mimpi, tapi sebaliknya begitu banyak mimpi-mimpi yang ingin dicapai, bahkan sering berganti-ganti apalagi jika selesai membaca atau mendengar cerita dan pengalaman orang-orang sukses dengan berbagai aktivitas dan bisnis yang dijalankannya. Membaca pengalaman Si A yang sukses dengan bisnis salon & spanya, aku jadi ingin memiliki salon & spa. Mendengar Si B berhasil dalam bisnis retailnya, aku jadi ingin memiliki banyak toko. Mengetahui Si C terkenal dan sukses sebagai pelukis, aku jadi ingin melukis kembali (dulu waktu kecil sampai kira-kira lulus SD, aku begitu suka menggambar, sering ikut dan menang lomba gambar, jika ditekuni mungkin bisa jadi pelukis yang punya gaya tersendiri dan terkenal). Membaca Si D sukses dengan bisnis makanannya, aku juga ingin memiliki stan, warung, atau restoran agar bisa sukses seperti dia. Dan begitu seterusnya…

Beberapa dari ‘mimpi’ku itu memang terwujud, maksudnya sekarang ini sudah ada satu klinik kecantikan dan spa yang harus dikelola, sudah ada toko retail (walaupun masih sharing dengan beberapa teman) yang baru dimulai, dan sudah ada stan kecil untuk jualan makanan yang menunggu dilanjutkan keberadaannya. Namun semuanya masih belum memuaskan jika dilihat dari hasilnya atau dengan kata lain belum mencapai seperti yang dinginkan. Barangkali karena terlalu banyak yang ingin dikerjakan, yang ingin dicapai sehingga semuanya dikerjakan setengah-setengah, belum dengan sepenuh hati. Dalam ketidakjelasan mimpiku itu, aku membaca beberapa buku, ikut beberapa seminar, berdiskusi dengan beberapa orang (terutama dengan suami) tentang bagaimana mewujudkan mimpi kita itu. Beberapa tips yang didapat dari membaca, mengikuti seminar, dan berdiskusi itu memang dicoba dijalankan. Mungkin itu juga yang menyebabkan beberapa ‘mimpi’ku itu sempat terwujud walau belum seperti yang diharapkan hasilnya. Tapi sepertinya ada yang masih belum benar dengan semua yang sudah aku jalankan, masih ada yang perlu diperbaiki. Ya, supaya apa yang diinginkan itu tercapai, semua yang sudah (dan masih akan) terwujud itu menjadi seperti yang diinginkan.

Barangkali aku tidak hanya perlu belajar dari buku, seminar, atau berdiskusi dengan orang dewasa, yang notabene pasti pembicaraannya serius dan kadang membingungkan (antara satu buku dengan buku lain atau dengan seminar atau dengan pendapat orang yang diajak berdiskusi terasa bertolak belakang). Tapi perlu juga ‘belajar’ dari seseorang atau sesuatu yang tidak terlalu serius, melainkan dipenuhi dengan keluguan dan kesederhanaan dalam berpikir maupun bertindak. Dan ternyata tidak terlalu jauh sudah kutemukan orangnya. Tidak lain adalah Sasha, putri pertamaku tersayang yang akhir-akhir ini senang menulikan tentang mimpinya di blognya. Salah satu ‘pelajaran’ yang didapat melalui postingannya di blog tersebut adalah bahwa “Bersabar, saya akan bersabar menerima mimpi saya, dan jangan membuat mimpi lagi…!”. Oke, sepertinya memang aku harus bersabar setelah menentukan satu mimpi utama, jangan tergoda untuk membuat mimpi lain lagi sebelum mimpi tersebut tercapai.

Sekarang, apakah mimpi utamaku itu? Satu yang langsung terpikirkan adalah memiliki toko retail sendiri. Dan memang pemikiran itu sering membayangiku beberapa bulan terakhir ini. Setelah itu, apakah yang akan dilakukan untuk mewujudkan mimpiku itu? Yang menurutku paling mudah dilakukan adalah dengan bertanya kepada, berdiskusi dengan, belajar dari orang-orang yang memang sudah berhasil dalam toko retail ini. Masih sangat awal memang, tapi mudah-mudahan dengan cara itu akan segera terbuka jalan mewujudkan mimpiku itu.

Selain itu tentunya adalah beberapa cara lain yang bisa sangat membantu kita dalam mewujudkan mimpi kita. Cara-cara yang didapat dari membaca buku, mengikuti seminar, dan berdiskusi. Pertama, yakinlah bahwa mimpi itu akan tercapai bahkan rasakanlah seolah-olah mimpi itu sudah terwujud. Nikmati perasaan senang, gembira, dan puas kita karena terwujudnya mimpi kita. Kedua, lakukan pula afirmasi dan visualisasi untuk menguatkannya. Katakan mimpi kita itu setiap malam sebelum tidur dan setiap pagi pada saat kita bangun dari tidur kita, sambil membayangkan mimpi kita tersebut. Metode Digital Prayer yang ditawarkan oleh Pak Erbe Sentanu dapat membantu kita melakukan hal ini. Ketiga, serahkan, pasrahkan apapun hasilnya kepada Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Karena hanya dialah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita.

Semoga pada Milad selanjutnya aku bisa bercerita tentang mimpi yang lain yang lebih besar dari mimpiku sekarang ini yang berarti mimpiku ini telah tercapai sepenuhnya. Amin.