ri lepuspa castle: Uban

lepuspa castle

Monday, February 11, 2008

Uban

Beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang asyik mengeringkan rambut saya menggunakan hair dryer sambil menyenandungkan sebuah lagu, tiba-tiba suami tercinta yang saat itu sedang bersantai-santai tiduran di tempat tidur kami berkomentar,” Ih… Bunda sekarang ubanan…”

Otomatis lagu yang sedang disenandungkan berhenti tiba-tiba, dengan tampang heran saya menjawab,” lha kan memang udah ada uban sejak ini rambut diwarnai dulu itu.”

Saya memang pernah mewarnai rambut sekitar 3 tahun lalu sekali-sekalinya, terus kapok karena setelah diwarnai itu muncul 1-2 uban di rambutku.

“Iya, tapi ini sih udah lebih banyak, kalo dulu kan Cuma 1-2, sekarang udah mulai banyak Bun… Nih di sini ada beberapa… di sini juga beberapa… trus di sini juga” kata suami sambil menyibakkan rambut saya di beberapa tempat.

“O, gitu ya… Berarti kita kompak dong sekarang,” kata saya sambil mengajak tos (hi 5) ke suami yang disambutnya dengan tertawa. Rambut suamiku tercinta itu sudah sejak beberapa tahun lalu ditumbuhi uban yang semakin banyak.

Ngomong-ngomong soal uban, walaupun tidak terlalu cemas akan hal itu (bukankah beruban itu alamiah, karena memang usia semakin banyak bilangannya? Lagipula saya kan berkerudung, orang tidak akan tau saya beruban atau tidak, betul nggak?) namun tetap saja membuat penasaran sebetulnya kenapa bisa sampai beruban (dan sekarang kan banyak orang masih muda sudah beruban, kalo dulu perasaan hanya orang yang sudah tua aja yang beruban…), dan kalo ada cara mencegah agar uban tidak terlalu cepat bertengger di rambut kan boleh juga dicoba dipraktekkan.

Segeralah saya browsing di internet untuk mendapatkan informasi tersebut. Dan inilah hasil yang didapat:
Dari Tabloid Nova Online saya mendapatkan informasi bahwa kemunculan uban ternyata disebabkan oleh banyak hal. Yang paling utama adalah karena faktor genetik atau keturunan. Uban terjadi karena pigmen rambutnya sudah tidak ada lagi. Ada 2 macam pigmen rambut, yakni eomelanin dan feomelanin. Pigmen eomelanin biasanya terdapat pada orang-orang berkulit berwarna, seperti Asia, Arab, India dan sebagainya. Pigmennya berwarna gelap, hitam. Jadi, rambut dan kulitnya pun berwarna gelap. Sedangkan pigmen feomelanin terdapat pada orang-orang kulit putih. Pigmennya berwarna kuning. Tapi, bukan berarti mereka tidak punya pigmen eomelanin. Mereka tetap punya, tapi prosentasinya sedikit. Orang Asia juga punya pigmen feomelanin, meski tidak banyak. Kan tidak semua orang Asia berkulit dan berambut hitam.

Di kepala, banyak sekali akar rambut. Ada sebagian yang memang tidak bisa memperoduksi pigmen. Misalnya pada kasus albinism (albino) dan vitiligo. Albino adalah orang yang tidak mempunyai pigmen dan seluruh kulit dan rambutnya putih, sementara vitiligo hanya sebagian yang putih. Ini faktor genetik dan tidak bisa disembuhkan.

Jika kadar pigmennya kurang, rambut pun akan semakin pirang dan kemudian putih, beruban. Biasanya, uban muncul pada orang tua, karena produksi melaninnya memang sudah mulai berkurang. Metabolisme untuk memproduksi pigmen sudah mulai lambat atau bahkan tidak ada lagi."

Selain faktor genetik, uban juga bisa muncul karena penyakit imunologi anemia pernisiosa, yakni jenis kekurangan darah yang sering menyebabkan rambut beruban. Uban bisa juga muncul karena adanya kelainan metabolisme, misalnya gangguan tiroid atau kurang gizi. Kurang gizi bisa membuat jumlah enzim pembetuk pigmen berkurang,
sehingga penderita cepat beruban. Oleh karena itu, makanan cukup gizi dengan protein yang baik sangat perlu untuk pembentukan enzim pembentuk pigmen, sehingga rambut sehat dan tidak cepat beruban.

Uban juga bisa muncul karena pemakain zat kimia, misalnya cat rambut. Sekarang banyak orang yang melakukan bleaching supaya rambutnya jadi pirang, atau mencat rambut supaya ubannya tidak kelihatan. Tetapi akibatnya, seringkali rambut malah rusak dan uban bertambah. Pemakaian jenis sampo yang banyak mengandung sulfur yang tinggi juga bisa memunculkan uban.

Pada umumnya, uban memang tidak bisa dikembalikan menjadi hitam khususnya orangtua, kecuali pada mereka yang menderita gangguan metabolisme. Secara medis, uban juga tidak bisa diobati. Jika penyebabnya faktor genetik, yang bisa dilakukan hanyalah mencat rambut. Dan sebaiknya jangan mencabut uban, karena justru akan mengurangi jumlah helai rambut. Akibatnya, rambut malah jadi tipis, sementara jumlah uban tetap. Lebih baik cari jalan lain untuk mewarnai ubannya tersebut.

Meskipun begitu dari beberapa situs, saya mendapatkan juga beberapa tips agar masalah ubanan ini bisa teratasi, tapi sepertinya bisa diterapkan terutama bagi yang masih muda dan bukan karena factor genetik.

Dari Forum Anakku saya mendapatkan ‘resep’ sebagai berikut:

  • Larutkan satu sendok teh garam dapur dalam air kelapa hijau segar
  • Setelah keramas, usapkan larutan tersebut pada kulit kepala dan helai rambut secara merata.
  • Pijat kulit kepala dengan lembut, diamkan sekitar 5 menit
  • Bilas rambut sampai bersih
  • Lakukan setidaknya 2X seminggu.

Dari Prospek.biz sepertinya khusus untuk yang defisiensi zat besi atau kurang darah:

  • Hati ayam 2 potong, ragi kue 2 sendok teh dan kecap secukupnya.
  • Hati ayam dipanggang, seperti sate
  • Kemudian campurkan dengan ragi kue sebanyak 2 sendok teh.
  • Bubuhi kecap secukupnya, biarkan sejenak.
  • Setelah seperempat jam kemudian dimakan.
  • Lakukan kebiasaan makan hati ayam ini setiap dua atau tiga hari.

Dari Fupei saya mendapatkan ‘resep’ yang memanfaatkan biji pepaya dan minyak:

  • Sangrai biji pepaya sampai kering.
  • Tumbuk biji pepaya kering itu sampai halus.
  • Campurkan dengan minyak kelapa.
  • Oleskan ramuan biji pepaya dan minyak kelapa yang telah membaur itu pada seluruh rambut dan kulit kepala secara merata.
  • Bungkus rambut dengan handuk.
  • Biarkan selama kurang lebih 2 jam.
  • Bersihkan dan bilas.
  • Ramuan ini akan memcapai hasil yang maksimal bila Anda rutin melakukannya seminggu sekali.

Bagi yang masih muda sudah beruban dan penasaran dengan efektif tidaknya ‘resep –resep’ di atas, silakan dicoba. Tapi saya sih menyarankan untuk berhati-hati mencoba resep yang harus dimakan, karena ini sangat berhubungan dengan diet anda. Saya pribadi sampai saat menulis tulisan ini belum mencoba salah satu reseppun, karena merasa uban bukan masalah buat saya…

5 Comments:

Anonymous Anonymous said...

uban ya...jd inget waktu kecil sering banget disuruh ayah nyabutin ubannya..uda itu uban yg terkumpul dituker sm uang...hihihi lumayan deh.

Kalo skrng..paling sering nyabut ubannya suami..abis aku ga betah liatnya..bawaannya pingin nyabut aja

5:00 PM  
Blogger Leny Puspadewi said...

Wah, jangan dicabutin Mbak... nanti makin tipis rambutnya... Nggak apa-apa kok beruban... Kelihatannya juga cukup keren... lebih dewasa gitu...he..he..

7:26 AM  
Blogger Leny Puspadewi said...

Wah, jangan dicabutin Mbak... nanti makin tipis rambutnya... Nggak apa-apa kok beruban... Kelihatannya juga cukup keren... lebih dewasa gitu...he..he..

7:27 AM  
Anonymous Anonymous said...

Lam kenal mbak leny, aku mahasiswa nih tapi ada ubannya, mungkin faktor keturunan kali, ya.... Aku jadi sering cat rambut deh, dikirain temen-temen gaul, kadang warna rambut item, pas uban dah tumbuh lagi, aku ganti warna, jadi cokelat, hehehe...

10:32 AM  
Anonymous Galaktosa said...

Terima kasih informasinya bermanfaat..

6:56 PM  

Post a Comment

<< Home