ri lepuspa castle: April 2007

lepuspa castle

Saturday, April 28, 2007

Leverage Game

Mumpung sedang mood, saya langsung nongkrong di depan komputer dan menuangkan beberapa hal yang ingin di share di sini.

Semalam saya menghadiri suatu seminar yang intinya mengajak peserta untuk mengetahui bagaimana melakukan bisnis dan bagaimana sebenarnya prilaku kita dalam berbisnis. Yang menarik, seminar ini dilakukan dalam bentuk permainan sehingga para peserta merasa fun dan tetap semangat sampai akhir seminar. Sangking fun-nya, saya pribadi merasa waktu berjalan dengan cepat sehingga tidak terasa seminar pun berakhir pada sekitar jam 10 malam. Padahal kalau ada di rumah, waktu yang dihabiskan untuk berseminar itu biasanya adalah waktu tidur saya (jam 7an – 9an, terus bangun bisa sampai jam 12an).

Sebelum bercerita tentang seminar, saya ingin WIFLE dulu. WIFLE adalah singkatan dari What I Fee Like Expressing. Ini adalah salah satu cara yang saya dapat dari seminar tadi malam, yaitu mengungkapkan apa saja yang sedang kita rasakan pada saat itu. Fungsinya adalah untuk menghilangkan perasaan tidak enak, tidak nyaman, tidak bersemangat (karena berbagai masalah yang sedang kita hadapi); agar kita siap untuk menerima atau bersharing dengan teman pada saat berdiskusi bisnis (atau apa saja deh, tidak harus bisnis juga sih). Begitu juga maksud saya untuk melakukan WIFFLE sekarang ini, agar tulisan yang saya tuangkan bisa lebih enak dibaca.

Saat ini walaupun saya sedang mood dan bersemangat untuk menulis dan melanjutkan bisnis, tapi saya merasa sedikit lelah dan pusing. Saya tahu ini karena kurang tidur.Tadi malam saya baru sampai ke rumah sekitar jam 1an, dan tidur sekitar jam 2an. Di akhir seminar, saya sempat merasa tidak enak perut, mungkin karena makanan yang dimakan pada saat makan malam masih kurang ‘familiar’ untuk perut saya. Tapi setelah saya memakan sedikit snack dan meminum air hangat, kemudian di perjalanan pulang saya coba bantu dengan tapping ala SEFT-nya Pak Faiz (mmm… tentang tapping ini, saya akan coba share di postingan yang lain…), Alhamdulillah jauh berkurang.

Sebenarnya sejak 2 hari sebelum seminar tadi malam, saya sudah merasa kurang bersemangat untuk ikut seminar tersebut. Kenapa? Karena dilaksanakan pada malam hari. Bagi saya itu adalah waktu yang sangat tidak kondusif untuk melakukan ‘pekerjaan’ yang sedemikian serius, dan tempatnya jauh pula di Jakarta. Bahkan pagi harinya, sempat terpikirkan untuk tidak datang saja ke seminar itu. Karena ternyata saya juga harus (sebenarnya bukan harus,tapi saya memilih…) pergi sendiri sehabis Jumatan dengan travel. Dan itulah pertama kalinya saya ke Jakarta menggunakan travel dan sendirian pula. Saya memilih pergi sendiri karena suami harus ke Jakarta pagi-pagi. Dan menurut pengalaman, banyak waktu saya terbuang percuma kalau pergi ke Jakarta bareng dengan dia. Bayangkan saja, saya harus menunggu sejak pagi hingga sore hari untuk seminar tersebut (walaupun biasanya ada seorang teman di Jakarta yang selalu setia menemani saya di saat-saat seperti itu… Thanks to Linda…) tanpa melakukan hal-hal yang berarti (sebetulnya bisa saja sih di set untuk melakukan banyak hal yang berarti, tapi biasa ‘sifat’ ibu-ibunya keluar… pengen window shopping sepuasnya…he..he..). Belum lagi tenaga saya sudah terkuras habis sebelum seminar berlangsung (untuk menghabiskan waktu saya ‘berpetualang’ dari mall ke mall, atau di suatu mall yang besar) sehingga pada saat seminar saya menjadi kurang bersemangat dan kurang nyaman. Walaupun pada saat seminar biasanya tidak terlalu terasa karena hamper semua seminar yang pernah saya ikuti cukup menarik untuk disimak, tapi setelah seminar berlangsung kelelahan yang sangat tidak nyaman menyergap tubuh saya, bahkan pernah terasa sampai 2 hari setelahnya.

Ketidaknyamanan mengikuti seminar pada malam hari (dan di Jakarta pula) sempat saya lontarkan ke beberapa peserta seminar tadi malam dengan mengatakan: “pokoknya ini terakhir saya ikut seminar yang dilaksanakan di Jakarta dan waktunya malam hari. Besok-besok nggak lagi deh…” Tapi saat ini, setelah mengikuti seminar tadi malam, sepertinya apa yang saya lontarkan itu perlu diralat deh…he..he.. Ternyata nggak rugi kok sedikit capek, toh cepat hilangnya tergantikan oleh ‘suntikan’ semangat dan keyakinan untuk terus maju dalam mencapai mimpi-mimpi saya di kehidupan ini… Mmm… suami pasti seneng tuh, bakalan terus ditemani kalau ada seminar-seminar lagi, ya kan Mas…? Tapi untuk TDA EO, tetap saya sarankan agar seminar-seminar selanjutnya tidak diadakan di malam hari, kalau alasannya masih banyak yang TDB dan amphibi, kan bisa diadakan siang hari pada hari sabtu atau minggu… ya… please…

Kembali ke… seminar (halah… ala Tukulnya kok keluar…), seminar tadi malam berjudul Leverage Game. Dari judulnya saja, seharusnya saya sudah sadar kalau ‘leverage’ adalah hal yang diutamakan dalam permainan di seminar ini. Tapi saya baru sadar setelah permainan berjalan setengahnya, sehingga saya terlambat untuk mengumpulkan nilai leverage saya, yang menyebabkan profit saya tidak cukup tinggi. Jadilah saya bukan pemenang dalam permainan tersebut di kelompok saya (selamat untuk Mbak Ines, sebagai pemenang di kelompok saya tadi malam), apalagi menjadi pemenang dari seluruh peserta seminar… masih jauh tuh… (selamat untuk Pak Eko yang telah datang jauh-jauh dari Riau sebagai pemenang pertama, dan juga Pak Triatmojo dari Tangerang sebagai pemenang kedua).

Kata ‘leverage’ sendiri diambil dari salah satu 6 Steps dalam berbisnis yang dikemukakan oleh Brad Sugar sebagai pendiri Action International (terhitung Januari 2007 berganti nama menjadi Action Coach). Bagi Om Brad yang ternyata ganteng ini (hi..hi.. panggil Om, padahal lebih muda tuh umurnya..), bisnis adalah ‘a commercial, profitable enterprise that works without you’. Artinya: bisnis jalan terus dan menghasilkan banyak keuntungan sementara kita jalan-jalan/ongkang-ongkang/leha-leha… (ngomong-ngomong tentang Leha-leha, Mbak Ines katanya mau nyoba, ayok ke Bandung dong, Mbak… sambil sharing…). Ada enam langkah untuk mencapainya:
1. Mastery (eliminate chaos)
2. Niche (profitable cashflow)
3. Leverage (efficiency)
4. Team (structure for growth)
5. Synergy (a well oiled machine)
6. Results (owner’s personal growth & for new business)

Sedikit ulasannya (maaf kalau masih belum tepat, saya memang agak malas membaca buku, lebih senang mendengarkan dari orang lain… terutama maksudnya suami tercinta…he..he.. tentang suatu hal atau buku tersebut):

  • Mastery. Langkah pertama adalah melakukan pengorganisasian ‘keahlian’, dengan menjadi ‘ahli’ (master) dalam beberapa hal yang penting untuk berbisnis yaitu: money, delivery, & time. Setelah kita menjadi ahli dari beberapa hal tersebut maka bisnis kita bisa dikatakan stabil, mulailah kita bisa ke langkah kedua.
  • Niche. Setelah bisnis kita stabil, baru bisa menghasilkan cashflow yang menguntungkan didukung dengan keunikan produk dan strategi pemasaran yang handal. Pada saat itulah kita mendapatkan cash dari bisnis kita.
  • Leverage. Langkah selanjutnya adalah menjadikan bisnis kita efisien. Di tahap inilah kita membangun system untuk bisnis kita, agar bisnis kita bisa kita tinggalkan tetapi tetap banyak menghasilkan. Caranya bisa dengan membuat manual, juklak, dsb. Jika sudah tercapai, maka kita sudah memiliki waktu untuk melakukan hal-hal lain di luar bisnis kita atau membangun bisnis yang lain.
  • Team. Langkah berikutnya adalah membangun team yang solid dan kuat.
  • Synergy. Setelah memiliki semua hal di atas, biasanya bisnis kita berkembang dengan cepat. Tapi pada saat itulah biasanya muncul ‘retakan-retakan’yang tidak dikehendaki. Untuk mengatasinya perlu kita melakukan sinergi dengan berbagai hal yang mendukung bisnis kita tersebut. Caranya adalah kita harus mampu mengenali ‘retakan-retakan’ tersebut kemudian menemukan ‘perekat’nya dan mengajarkan semua hal tersebut kepada team kita. Jika tahap ini sudah tercapai maka barulah ‘passive income’ (keuntungan yang kita peroleh tanpa kita bekerja di dalamnya) kita dapatkan.
  • Results. Merupakan langkah terakhir dimana kita mendapatkan ‘impian’ yang kita idam-idamkan.

Dari semua itu, kata kuncinya adalah 3 yaitu: Time, Team, and Money… atau… gampangnya TTM lah… Dari langkah ke 3 lah, Leverage Game ini berasal.

Selain 6 Steps, Om Brad juga mengenalkan kita pada 5 ways-nya yaitu 5 cara bagaimana kita meningkatkan profit bisnis kita menjadi berlipat ganda, yaitu dengan melakukan/menambah strategi ke dalam 5 hal berikut ini: number of leads (mendapatkan prospek), conversion rate (mengubah prospek menjadi pelanggan), number of transactions (jumlah kedatangan pelanggan dalam melakukan pembelanjaan), average sales (rata-rata jumlah nilai uang yang dibelanjakan oleh pelanggan), & margin (keuntungan yang kita dapatkan dari harga penjualan).

Selain itu ada 4 hal yang bisa kita lakukan untuk membangun system (dengan kata lain berinvestasi) agar bisnis kita efisien: through finance (accounts/testing & measuring), through system (systems & technology), through marketing (delivery & distribution), & through people (people & education).

Dua hal di atas yang menjadi kunci dalam Leverage Game. Permainannya sendiri mengadopsi permainan kita di masa kecil yaitu monopoli. Peserta permainan dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok berjumlah 5-7 orang (untuk tadi malam, karena pesertanya banyak melebihi penyelenggaraan seminar Leverage Game sebelumnya,maka setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang); dan seorang ‘banker’ (biasanya bukan dari peserta tapi dari panitia).
Jalannya permainan di kelompok saya cukup menarik, walaupun awalnya tersendat-sendat karena belum terbiasa dengan aturan permainan dan keharusan berhitung (walaupun dibantu kalkulator). Tapi jujur saja, walaupun sudah mulai lancar, perputaran permainan tetap berjalan lambat karena kita terlalu fokus pada ‘berhitung’, sampai kadang-kadang kehilangan kesempatan untuk mengikuti lelang (mmm… itulah kalau sudah lama tidak ‘bergaul’ dengan hitung-menghitung, mengingatkan kita perlunya team handal untuk masalah finance). Bahkan pada saat ‘pemerintah’ mengumunkan kebijakannya pun sering tak dihiraukan sangking sibuknya berhitung. Padahal dari kebijakan pemerintah itulah, kita tahu strategi apa yang harus dijalankan dalam mengikuti permainan Leverage Game tersebut. Perputaran permainan ‘dipaksa’ menjadi cepat, ketika panitia mengumumkan limit waktu permainan. “10 menit lagi… 5 menit lagi… 1 menit lagi… 30 detik lagi… 15 detik lagi…,”begitu panitia berteriak (mengingatkan saya pada saat ujian… biasanya saya yang berteriak begitu kepada mahasiswa saya… tadi malam…he…he…berasa deh paniknya…). Paniklah kita bergantian secepat mungkin melemparkan dadu tanpa menghiraukan hal lain (bahkan berhitung agak terabaikan), sampai-sampai bankernya kewalahan untuk memenuhi permintaan kita. Jadilah kita harus mengantri untuk mendapatkan profit atau membayar investasi.

Seminar diakhiri dengan evaluasi. Beberapa peserta diminta untuk mengungkapkan perasaan apa yang didapat dari permainan tersebut. Saya pribadi, dengan mengikuti seminar semalam, membuat saya sadar bahwa saya dalam berbisnis masih acak-acakan, masih belum mampu menentukan mana yang penting dan mana yang tidak atau mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Masih banyak hal-hal yang perlu dipelajari baik secara teori maupun praktek dalam berbisnis. Tidak hanya ilmu berbisnis ansich tetapi juga attitude saya yang masih harus banyak ‘dipoles’ sana sini (baru saja diingatkan oleh suami tentang hal itu… agak sedih juga hiks… tapi memang harus diakui, saya ini sekarang sedang mencoba masuk (tune in) ke komunitas yang sangat berlainan dengan komunitas yang pernah atau masih saya masuki sebelumnya). Jadi melalui tulisan ini juga saya minta maaf jika pernah melakukan hal-hal yang kurang berkenan bagi teman-teman sekalian.

Fiiuuh… panjang juga ternyata postingan kali ini. Dicukupkan saja dulu ya… sudah ada yang protes minta ditemani ke bengkel nih…. Semoga bermanfaat…

Friday, April 27, 2007

Apdet Kilat

Temans,

Maaf nih sudah lama tidak apdet. Banyak hal yang ingin di-share, tapi waktu yang sulit didapat untuk menulis di sini membuat terabaikan 'rumah maya' saya ini. Seperti hari ini, pada saat saya menulis ini masih di ruang kerja rumah yang agak berantakan (suami sering mengeluh tentang hal ini, tapi biasanya setelah dibereskan, dalam waktu hitungan jam sudah berantakan lagi...he..he..), tapi siang nanti saya sudah harus berada di perjalanan menuju Jakarta karena malam harinya ada seminar yang harus dihadiri.

Hmm.. jadi bingung musti cerita apa. Mulai dari anak-anak saja ya... Saat ini kedua anak saya (Sasha dan Ivan, masih ingat kan..?) sedang 'dikunjungi' virus batuk dan pilek. Bahkan Sang Kakak hari ini bolos sekolah karena tadi pagi agak anget badannya. Sekarang pun sekali-sekali terdengar suara batuknya dari atas sana (kamar tidurnya ada di lt 2). Miudah-mudahan keduanya cepat sehat kembali, apalagi Sang Kakak akan menghadapi UAN pertengahan bulan depan. Mohon do'anya ya... temans. Amin.

Sebetulnya ada satu rencana yang sudah 2 kali gagal dilaksanakan. Yaitu pergi ke Tasikmalaya untuk memulai bisnis kerajinan khas di sana. Padahal saya sudah punya contack person nya. Rencananya sih hari minggu besok saya usahakan jadi ke sana. Mudah-mudahan terlaksana...

Sementara share satu lagi seminar yang dijanjikan postingan terakhir sepertinya belum bisa dilakukan sekarang. Karena perlu waktu yang cukup banyak dan santai untuk menjadikannya tulisan yang asyik dibaca. Tapi saya tidak mau berjanji lagi deh, pokoknya begitu ada waktu (dan mood juga tentunya), saya akan share seminar-seminar yang saya sempat hadiri.

Sepertinya sudah harus diakhir nih tulisannya. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk ke Jakarta nanti siang. Mudah-mudahan postingan berikut lebih 'asyik' dan tidak terlalu lama dipublishnya....

Tuesday, April 03, 2007

The Luck Factor

Sekian lama tidak apdet, akhirnya bisa juga menyempatkan diri untuk menulis lagi. Tidak terlalu sibuk bisnis sih, tapi moodnya memang lagi tidak ke ‘menulis’, jadilah selalu ‘kalah’ dengan ‘urusan’ lain yang dianggap lebih menarik… :)

Dalam kevakuman menulis tersebut, saya sempat menghadiri dua pertemuan (atau seminar, kalau bisa dibilang begitu) yang sangat menarik, karena dua-duanya mendongkrak semangat dan keberanian saya untuk terus maju dalam berbisnis.

Seminar pertama diadakan oleh TDA dengan judul The Luck Factor. Di seminar tersebut dijelaskan dengan gamblang kenapa seseorang itu selalu memperoleh keberuntungan di kehidupannya, sementara orang yang lain tidak. Ternyata ada ‘resep’nya untuk selalu bisa memperoleh keberuntungan tersebut. Ada tiga hal terpenting yang merupakan ‘resep’ untuk selalu bisa memperolehnya, yaitu:

Pertama, Awali hari kita dengan rasa syukur (always be grateful). Syukurilah semua yang telah kita peroleh sampai detik ini. Mungkin masih ada yang berpikiran:”bagaimana bisa mensyukuri, kalau nilai ujianku tidak sesuai yang diharapkan”, atau “kalau uang kiriman orangtua selalu terlambat”, atau “kalau pacar atau pasangan kita sering mengomel”, atau “kalau bisnisku belum menghasilkan keuntungan bahkan merugi terus” atau “kalau penyakitku masih terus saja bertengger di badanku walaupun sudah berobat ke sana kemari”. Tapi tidakkah terpikirkan oleh teman-teman bahwa begitu banyak hal yang telah kita terima tanpa kita harus bersusah payah untuk mendapatkannya alias gratis? Coba saja, berapa banyak udara yang sangat kita butuhkan untuk hidup tapi tidak habis-habisnya tersedia? Jadi bersyukurlah dengan masih bisanya kita bernapas sampai detik ini. Berapa banyak sinar matahari yang dapat kita nikmati setiap harinya? Bagaimana jadinya kalau matahari berhenti bersinar, mmm… dunia mungkin mati ya… Jadi bersyukur jugalah untuk hal itu. Bahkan kita dibangunkan dari tidur dalam kondisi apapun, itu patut disyukuri. Karena dengan dibangunkan itu, kita masih diberi kesempatan untuk melakukan banyak hal: bertemu dengan dan memberikan kasih sayang kepada orangtua, anak, istri/suami, dan orang-orang yang kita cintai lainnya, belajar lebih giat agar kita bisa mendapatkan nilai ujian sesuai dengan yang kita harapkan, berusaha lebih baik lagi agar bisnis kita semakin baik dan lancar, atau berusaha lebih jauh dan sabar lagi agar penyakit yang kita derita itu sembuh.

Mengawali setiap hari kita dengan bersyukur, hati menjadi lebih tenang, damai, dan tentunya akan mempengaruhi pemikiran, tingkah laku kita untuk menjadi lebih baik dan terarah (dengan kata lain menjadi positif). Coba bayangkan kalau perasaan kita diawal hari dipenuhi dengan keletihan, kekesalan, kegelisahan…wah boro-boro bisa memikirkan dengan baik ‘strategi-strategi’ untuk mencapai apa yang kita inginkan, bahkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, membaca koran, sarapan, dsb pun menjadi tidak semangat cenderung tidak nikmat, kan? Tapi sebaliknya dengan perasaan yang tenang, damai, senang (karena bersyukur pada saat kita bangun tidur), pikiran kita menjadi jernih dan biasanya berbagai ‘strategi’ akan dengan mudah hinggap di pikiran kita. Bukan hanya itu, kita juga menjadi bersemangat untuk melakukan strategi-strategi tersebut.

Kedua, sisihkan 20% dari penghasilan kita setiap bulannya untuk mereka yang membutuhkan (share 20% of your income). Berat? Pasti. 20%...wah…bisa-bisa tekor, merugi setiap bulannya, dan semakin miskin saja kita; begitu mungkin pikiran kita. Sayapun merasakan hal yang sama. Bahkan biasanya untuk menyisikan 2,5% saja sudah terasa berat, apalagi 20%. Tapi… kalau belum dicoba mana kita tahu efeknya, ya kan? Pernah mendengar kata-kata bijak: kita akan mendapatkan sesuai dengan apa yang kita berikan? Bahkan berpuluh…beribu kali lipat dari yang kita berikan…Rasanya itu cocok sebagai penggenjot agar bagian kedua dari ‘resep’ ini bisa kita lakukan. Studi kasus? Mmmhh… ada sih, tapi jangan dibilang ‘riya’ ya… Ini hanya dimaksudkan untuk menguatkan bagian kedua dari ‘resep’ ini. Saya melihat efek dari bagian kedua ini sudah bisa didapatkan oleh ayah saya sendiri. Beliau orangnya sangat dermawan, bahkan dari setiap penghasilan yang beliau dapatkan selalu disisihkan untuk infak dan zakat; sehingga setiap tahunnya jumlah infak dan zakatnya yang jumlahnya cukup besar. Tapi, apakah beliau menjadi tekor, merugi dan semakin miskin? Subhanallah, tidak. Bahkan alhamdulillah semakin hari semakin bagus saja karir dan penghasilannya. Kalau pengalaman saya sendiri, mungkin belum berbentuk materi. Paling tidak ada kepuasan tersendiri dan menjadi lebih tenang karena merasa mampu membantu orang lain. Selain itu, ada hal lain (ini berhubungan dengan bisnis). Saya dimudahkan dalam melanjutkan step-step berbisnis: dipertemukan dengan orang yang berbaik hati mengenalkan saya dengan supplier barang yang ingin saya bisniskan dan dipertemukan dengan orang yang memiliki prasarana produksi dan mau membantu saya untuk menjalankan ide bisnis saya.

Ketiga, lakukan hal terbaik dan tingkatkan diri sendiri secara kontinyu (do your best and improve yourself continuously). Kalau yang ketiga ini memang bukan hal yang aneh lagi dalam ‘mendapatkan keberuntungan’ hidup kita. Seseorang yang selalu berusaha melakukan segala hal yang terbaik dan selalu meningkatkan kemampuan dirinya, tentunya akan lebih memiliki kesempatan untuk mendapatkan segala hal yang diinginkannya (dengan kata lain mendapatkan keberuntungan) daripada yang tidak melakukan semua itu.

Yang menarik, kenapa bagian dari 'resep' yang dianggap biasa (bagian ketiga) ditempatkan di tempat terakhir? Saya pikir karena orang-orang yang merasa selalu mendapatkan kerugian (kesialan) itu biasanya telah melakukan bagian ketiga ini, tapi tetap saja merasa sial. Sehingga bagian pertama dan kedua itu yang perlu disosialisasikan lebih intens dan mungkin menjadi point terpenting dalam pencapaian keberuntungan ini. Nah, jika ketiga bagian ‘resep’ diatas kita aplikasi dengan baik, insyaAllah Our Lucky selalu mengiringi kehidupan kita. Silakan dicoba!

Sebenarnya masih ada satu lagi seminar yang ingin di-share. Tapi sabar ya… Tunggu postingan selanjutnya. Semoga tidak terlalu jauh waktunya dari postingan yang ini… :)