ri lepuspa castle: The Luck Factor

lepuspa castle

Tuesday, April 03, 2007

The Luck Factor

Sekian lama tidak apdet, akhirnya bisa juga menyempatkan diri untuk menulis lagi. Tidak terlalu sibuk bisnis sih, tapi moodnya memang lagi tidak ke ‘menulis’, jadilah selalu ‘kalah’ dengan ‘urusan’ lain yang dianggap lebih menarik… :)

Dalam kevakuman menulis tersebut, saya sempat menghadiri dua pertemuan (atau seminar, kalau bisa dibilang begitu) yang sangat menarik, karena dua-duanya mendongkrak semangat dan keberanian saya untuk terus maju dalam berbisnis.

Seminar pertama diadakan oleh TDA dengan judul The Luck Factor. Di seminar tersebut dijelaskan dengan gamblang kenapa seseorang itu selalu memperoleh keberuntungan di kehidupannya, sementara orang yang lain tidak. Ternyata ada ‘resep’nya untuk selalu bisa memperoleh keberuntungan tersebut. Ada tiga hal terpenting yang merupakan ‘resep’ untuk selalu bisa memperolehnya, yaitu:

Pertama, Awali hari kita dengan rasa syukur (always be grateful). Syukurilah semua yang telah kita peroleh sampai detik ini. Mungkin masih ada yang berpikiran:”bagaimana bisa mensyukuri, kalau nilai ujianku tidak sesuai yang diharapkan”, atau “kalau uang kiriman orangtua selalu terlambat”, atau “kalau pacar atau pasangan kita sering mengomel”, atau “kalau bisnisku belum menghasilkan keuntungan bahkan merugi terus” atau “kalau penyakitku masih terus saja bertengger di badanku walaupun sudah berobat ke sana kemari”. Tapi tidakkah terpikirkan oleh teman-teman bahwa begitu banyak hal yang telah kita terima tanpa kita harus bersusah payah untuk mendapatkannya alias gratis? Coba saja, berapa banyak udara yang sangat kita butuhkan untuk hidup tapi tidak habis-habisnya tersedia? Jadi bersyukurlah dengan masih bisanya kita bernapas sampai detik ini. Berapa banyak sinar matahari yang dapat kita nikmati setiap harinya? Bagaimana jadinya kalau matahari berhenti bersinar, mmm… dunia mungkin mati ya… Jadi bersyukur jugalah untuk hal itu. Bahkan kita dibangunkan dari tidur dalam kondisi apapun, itu patut disyukuri. Karena dengan dibangunkan itu, kita masih diberi kesempatan untuk melakukan banyak hal: bertemu dengan dan memberikan kasih sayang kepada orangtua, anak, istri/suami, dan orang-orang yang kita cintai lainnya, belajar lebih giat agar kita bisa mendapatkan nilai ujian sesuai dengan yang kita harapkan, berusaha lebih baik lagi agar bisnis kita semakin baik dan lancar, atau berusaha lebih jauh dan sabar lagi agar penyakit yang kita derita itu sembuh.

Mengawali setiap hari kita dengan bersyukur, hati menjadi lebih tenang, damai, dan tentunya akan mempengaruhi pemikiran, tingkah laku kita untuk menjadi lebih baik dan terarah (dengan kata lain menjadi positif). Coba bayangkan kalau perasaan kita diawal hari dipenuhi dengan keletihan, kekesalan, kegelisahan…wah boro-boro bisa memikirkan dengan baik ‘strategi-strategi’ untuk mencapai apa yang kita inginkan, bahkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, membaca koran, sarapan, dsb pun menjadi tidak semangat cenderung tidak nikmat, kan? Tapi sebaliknya dengan perasaan yang tenang, damai, senang (karena bersyukur pada saat kita bangun tidur), pikiran kita menjadi jernih dan biasanya berbagai ‘strategi’ akan dengan mudah hinggap di pikiran kita. Bukan hanya itu, kita juga menjadi bersemangat untuk melakukan strategi-strategi tersebut.

Kedua, sisihkan 20% dari penghasilan kita setiap bulannya untuk mereka yang membutuhkan (share 20% of your income). Berat? Pasti. 20%...wah…bisa-bisa tekor, merugi setiap bulannya, dan semakin miskin saja kita; begitu mungkin pikiran kita. Sayapun merasakan hal yang sama. Bahkan biasanya untuk menyisikan 2,5% saja sudah terasa berat, apalagi 20%. Tapi… kalau belum dicoba mana kita tahu efeknya, ya kan? Pernah mendengar kata-kata bijak: kita akan mendapatkan sesuai dengan apa yang kita berikan? Bahkan berpuluh…beribu kali lipat dari yang kita berikan…Rasanya itu cocok sebagai penggenjot agar bagian kedua dari ‘resep’ ini bisa kita lakukan. Studi kasus? Mmmhh… ada sih, tapi jangan dibilang ‘riya’ ya… Ini hanya dimaksudkan untuk menguatkan bagian kedua dari ‘resep’ ini. Saya melihat efek dari bagian kedua ini sudah bisa didapatkan oleh ayah saya sendiri. Beliau orangnya sangat dermawan, bahkan dari setiap penghasilan yang beliau dapatkan selalu disisihkan untuk infak dan zakat; sehingga setiap tahunnya jumlah infak dan zakatnya yang jumlahnya cukup besar. Tapi, apakah beliau menjadi tekor, merugi dan semakin miskin? Subhanallah, tidak. Bahkan alhamdulillah semakin hari semakin bagus saja karir dan penghasilannya. Kalau pengalaman saya sendiri, mungkin belum berbentuk materi. Paling tidak ada kepuasan tersendiri dan menjadi lebih tenang karena merasa mampu membantu orang lain. Selain itu, ada hal lain (ini berhubungan dengan bisnis). Saya dimudahkan dalam melanjutkan step-step berbisnis: dipertemukan dengan orang yang berbaik hati mengenalkan saya dengan supplier barang yang ingin saya bisniskan dan dipertemukan dengan orang yang memiliki prasarana produksi dan mau membantu saya untuk menjalankan ide bisnis saya.

Ketiga, lakukan hal terbaik dan tingkatkan diri sendiri secara kontinyu (do your best and improve yourself continuously). Kalau yang ketiga ini memang bukan hal yang aneh lagi dalam ‘mendapatkan keberuntungan’ hidup kita. Seseorang yang selalu berusaha melakukan segala hal yang terbaik dan selalu meningkatkan kemampuan dirinya, tentunya akan lebih memiliki kesempatan untuk mendapatkan segala hal yang diinginkannya (dengan kata lain mendapatkan keberuntungan) daripada yang tidak melakukan semua itu.

Yang menarik, kenapa bagian dari 'resep' yang dianggap biasa (bagian ketiga) ditempatkan di tempat terakhir? Saya pikir karena orang-orang yang merasa selalu mendapatkan kerugian (kesialan) itu biasanya telah melakukan bagian ketiga ini, tapi tetap saja merasa sial. Sehingga bagian pertama dan kedua itu yang perlu disosialisasikan lebih intens dan mungkin menjadi point terpenting dalam pencapaian keberuntungan ini. Nah, jika ketiga bagian ‘resep’ diatas kita aplikasi dengan baik, insyaAllah Our Lucky selalu mengiringi kehidupan kita. Silakan dicoba!

Sebenarnya masih ada satu lagi seminar yang ingin di-share. Tapi sabar ya… Tunggu postingan selanjutnya. Semoga tidak terlalu jauh waktunya dari postingan yang ini… :)

7 Comments:

Blogger Krisna Muslim said...

Good Luck deh... :)

9:23 AM  
Blogger Hannie said...

waaahhh... saran-sarannya berguna juga tuh!
pengen banget nih gw punya bisnis sendiri. btw, semoga sukses ya bisnisnya :)

10:07 AM  
Blogger rien said...

Muah..muah..good article..
Sering-sering ikut seminar ya...
Ntar bagi-bagi ilmu lagi ya..itu juga pahala lho..
Gw jadi makin cinta aja nih..he..he

11:02 AM  
Anonymous Anonymous said...

nice post, betul tuh bu! berat ngejalaninnya, tapi kalo kita dah niat segalanya insya allah dimudahkan, bukan basa-basi!

11:21 AM  
Anonymous Anonymous said...

wah..sarannya mak nyuuus bgt nih mba puspa. Tak jalanin nih.

4:01 PM  
Blogger Leny Puspadewi said...

Krisna Muslim >> Thanks...

Hannie >> Amin. Thanks. Udah ada 'pengen bisnis' udah bagus apalagi pake banget. Tinggal memulainya... :)

Loy_Pay >> Makanya aku share di sini...mudah2an mood nulisnya bisa selalu terjaga... :)

C@hyo >> InsyaAllah. Amin...

Bluedee >> Nanti hasilnya disharing ya, Bud... ;)

6:15 PM  
Blogger Helman Taofani said...

20%...ngga sangguuuuup...ehehe. Masi kikir si yak, orang 2,5% aja masi ngga rutin sama sekali. Tapi kalo udha nyampe level itu...wah, proud of me.

Berysukur dan meningkatkan effort itu udah must-be kan yak.

1:56 PM  

Post a Comment

<< Home